Thursday, March 27, 2008

Lintas Dago - Merdeka

Tidak ada yang terlalu istimewa hari ini ketika aku kembali menapaki jejak sepanjang lintasan Dago - Merdeka. Seperti hari-hari sebelumnya, terik matahari yang tidak mampu lagi ditepis oleh pepohonan yang semakin jarang, debu dan asap dari knalpot kendaraan yang terhadang kemacetan, trotoar jalan yang semakin sempit karena dipakai sebagai lahan parkir, dan deru mesin-mesin berjalan yang memekakkan telinga, tetap menjadi santapanku ketika melintasi lintasan ini.

Perbedaannya hanya satu, hari ini aku justru tidak melihat mobil-mobil berwarna hijau dengan strip merah itu. Ya, tidak ada angkot hari ini. Tidak ada. Jalanan hari ini boleh di bilang eksklusif untuk kendaraan dengan plat nomor hitam. Angkot yang selama ini dituding sebagai biang kemacetan untuk hari ini istirah dulu karena mereka, pengusaha dan sopir angkot, mengadakan aksi mogok masal se-Bnadung raya.

Secara pribadi aku tidak peduli apakah angkot jalan atau mogok. Toh, seperti biasa aku lebih suka jalan kaki ketika menelusuri jalanan kota ini. Namun kemudian yang jadi perhatianku adalah tudingan selama ini yang ditujukan kepada angkot sebagai biang kemacetan kota. Hari ini, ketika angkot tidak beroperasi, jalanan tetap macet. Lintas Dago - Merdeka tetap padat merayap. Lihat saja hasil pandangan mata kamera sakuku ini.

Satu pertanyaanku kemudian, benarkah klaim selama ini yang mengatakan bahwa angkot adalah biang kemacetan? Menurutku tidak 100% benar. Bagaimana menurut Anda?

No comments: