Monday, September 01, 2008

Puisi dari Esha Tegar Putra

Yang Menghitung Kelokan Jalan

—sangdenai

kelokan jalan bukittinggi masih begitu, lembah berpunggung dingin, batang air menanak batu,
dan kabut masih saja menyembunyikan rindunya para bujang-gadis untuk menyebut
kata berpadu. tapi takkan kau dengar derak pedati menuruni landai jalan, takkan
kau dengar celotehan perempuan berkain-basahan di tepian mandi, takkan kau
dengar kekanak berlarian girang di surau saat magrib beranjak isya. dan takkan
kau ingat bahwasanya di tiap kelok jalan ke bukittinggi, si sayang telah
ditinggalkan pergantian tahun

Harau, 2008

.

Saturday, July 26, 2008

Kepada Perempuan Pecinta Hujan (1)

masihkah bulirbulir dari sudut matamu
mengabarkan kegalauan pada sunyi malam
mengalirkannya pada tetes yang menggaram
di lekuk pipimu yang memerah
kemudian luruh ke tanah
seperti hujan yang turun pagi itu?

ingin kutadahi bulirbulir yang luruh itu
dengan dua tanganku yang tergetar
lalu kubasuhkan ke dadaku, ke mukaku,
ke lenganku, ke seluruh tubuhku
agar dapat kuselami lebih dalam
galau yang menyelimuti malammu

lalu,
kita siangi galau malammu
dengan matahari di pelukanku

Taman MnemoniC, 2008



Kepada Perempuan Pecinta Hujan (2)

gerimis itu, perempuan, adalah Aku;
yang menjalin sirkulasi
dari bulirbulir air mata kelam
yang mengalir ke laut kesunyian
menguap jadi awan hitam kegalauan
kemudian menetes kembali ke hatimu

gerimis itu, perempuan, adalah Aku;
yang menjelma buliran
dari luruhanluruhan perihnya malam
yang akan mengeringkan luka lama
membalutnya dengan kasa kesetiaan
menjaganya hingga pagi menjelang

gerimis itu, perempuan, adalah Aku;
serupa embun yang akan menguraikan
cahaya matahari pagi
menjadi spektrum pelangi
melengkung di langit hatimu
dan akan mewarnai hidup dan duniamu

Taman MnemoniC, 2008


Kepada Perempuan Pecinta Hujan (3)

gemetar itu menyerang bibirku
kala kupaksakan untuk sekadar
memanggil namamu yang telah lama
tidak pernah kugumamkan

Taman MnemoniC, 2008


.

Friday, July 25, 2008

Agenda Ultimus

Selingkuh di Ultimus

Rabu, 30 Juli 2008

Pukul 19.00 s/d 22.00 WIB

Jika Chairil bilang “Yang bukan penyair tak boleh ambil bagian,” sajak-sajak Slamet justru memproklamasikan, “Yang bukan penyair boleh ambil bagian.” (Triyanto Triwikromo).

Rabu, 30 Juli 2008, pukul 19.00 WIB, Toko Buku Ultimus akan menggelar Launching kumpulan puisi A. Slamet Widodo yang berjudul “Selingkuh”. Acara ini akan diisi oleh pembacaan puisi dan performance oleh Soni Farid Maulana, Karensa Dewantoro, Ayi Kurnia, Peri Sandi Huizche, Heri Latief, Rahmat Jabaril, Fadila Romadhona, M.E Gunawan, Desti, Fadila Romadhona, Evi SR, KSJI, juga beberapa grup musik, seperti Asal Sada, Kelompok Bermain, Wedang Jahe, ASAS Zenith. Pengunjung akan disediakan bandrek juga penganan kecil. Acara ini terbuka untuk umum dan Gratis.

Thursday, July 10, 2008

Agenda Ultimus

Puisi merupakan salah satu media belajar, berekspresi dan berkarya bagi banyak kalangan, termasuk bagi mereka yang memperjuangkan penegakan kembali kedaulatan rakyat. Tidak hanya tatkala suatu hasil karya dituliskan, tetapi meliputi juga seluruh proses kerja dan kegiatan yang mengiringinya adalah bagian dari pemaknaan kedaulatan itu sendiri.

Ultimus bekerja sama dengan Lembaga Sastra Pembebasan mengadakan Launching buku puisi 50% Merdeka karya Heri Latief. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Hari selasa, tanggal 15 Juli 2008, pk. 19.00 WIB, bertempat di Ultimus Jl. Lengkong Besar No. 217 Bandung.

Anda akan disuguhkan berbagai sajian seperti diskusi buku bersama Matdon, Widzar Al-Ghiffary, dan Heri Latief. Berbagai sajian music dari Komunitas Asal Sada, STUBA, ASAS, STSI, dan pembacaan puisi oleh Desiyanti, Utche, M.E. Gunawan, Mira Dewi Kania, Mikrima Puspasari, Ervin Noviyanti, Ihung, Rahmat Jabaril, Bumi, Yani, dan Samsir Moehammad.

Ada penganan kecil dan doorprize! Acara ini Gratis!

“Barangsiapa yang tidak puas menyaksikan dan merasakan keadaan realitas Indonesia sekarang ini, maka dia akan cepat bersalaman dengan Heri Latief.”


Sunday, June 15, 2008

Agenda

PERAYAAN KHATAM AL-QUR'AN
TPA IPPB BIARO



Mari berpartisipasi untuk menyukseskan acara ini.

Wednesday, June 11, 2008

Agenda Ultimus

Mawar Merah Mekar di ULTIMUS

Peluncuran Antologi Puisi Mawar Merah karya Chalik Hamid


bunga mawar bunga berduri
ditebas setiap hari
diratakan dengan bumi
namun, pada musimnya berkembang lagi
(Chalik Hamid, Mawar Merah)

Saatnya Mawar Merah karya Chalik Hamid itu bermekaran bersama para penyair-penyair dan deklamator-deklamator yang akan mengalunkan larik demi larik, bait demi bait puisi-puisi dalam antologi yang diterbitkan oleh Penerbit Ultimus ini. Ditemani hangatnya secangkir kopi dan penganan-penganan kecil, kita akan dapat meresapi makna rangkaian kata-kata yang dijalin oleh Chalik Hamid.

Bertempat di Toko Buku ULTIMUS, Jl. Lengkong Besar 127, Bandung, mulai pukul 19.00 Wib sampai selesai, pada hari Rabu, 18 Juni 2008, dipandu MC Yopi Setia Umbara dan bersama Samsir Mohamad, Rahmat Jabaril, Mat Don, Mulyani Hasan, Desiyanti, M.E. Gunawan, Utche Felagonna, Dian Hartati, Iman Abda, Evi SR, Deni Maung, Vienesia, Jaelani, Anggun, M. Wail, Desti F. Fatin, Laila Guntari, Maulana Rangkuti, Galih CS, dan Fadhila Romadona serta dimeriahkan juga dengan musikalisasi puisi dari Komunitas ASAS UPI, kita akan menikmati keindahan Mawar Merah sekaligus perihnya tusukan-tusukan duri Mawar Merah Chalik Hamid.

Pada kesempatan ini juga akan kita dapatkan diskon sampai dengan 50% untuk semua buku kumpulan puisi terbitan Penerbit Ultimus. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi TB. Ultimus (022)4237060.

Friday, May 23, 2008

AGENDA ULTIMUS

LAUNCHING BUKU
“JELITA SENANDUNG HIDUP”

Launching buku "Jelita Senandung Hidup" karya Nurdiana.

Hari/Tanggal : Senin/ 26 Mei 2008
Waktu : Pk. 19.30 WIB - Selesai
Tempat : Ultimus, Jl. Lengkong Besar 127, Bandung, 40261

Akan ada pembacaan puisi, musik perkusi, dramatisasi puisi, dan lain-lain. Acara ini dihangatkan oleh :

1. Besti Rahulasmoro
2. Bojes
3. Deni Maung
4. Desti
5. Dian Hardiana
6. Dian Hartati
7. Evi SR
8. Ferry
9. Iwan
10. Kerensa Dewantoro
11. Matdon
12. Mira Dewi Kania
13. Rahmat Jabaril
14. Sangdenai
15. Semi Ikranegara
16. Seli “Cey”
17. Stoe Percussion
18. Udung
19. Widzar Al-giffary
20. Yopie Setia Umbara
21. Yunis Kartika

Acara ini atas kerjasama: Lembaga Sastra Pembebasan dan Ultimus Bandung.

Thursday, May 22, 2008

Semua harus dicatet

Sunday, May 18, 2008

Temu Penyair Lima Kota dan Penolakan Penyair Muda Bandung

Tanggapan atas artikel opini S. Metron M. yang dimuat di Padang Ekspres Minggu, 4 Mei 2008
Artikel ini dimuat di Padang Ekspres Minggu, 18 Mei 2008


....Yang ironis, justru yang paling keras menolak acara Temu Penyair Lima Kota ini adalah penyair dari Bandung berdarah Minangkabau.

Membaca artikel opini di Padang Ekspres, Minggu, 04 Mei 2008, yang berjudul Temu Penyair 50 Kota, Sebuah Catatan Kritis, yang ditulis oleh S. Metron M (SMM) saya mencatat beberapa hal yang justru perlu juga dikritisi dari tulisan yang kritis ini. Beberapa hal dalam tulisan ini ternyata tidak tepat atau tidak berdasarkan fakta-fakta yang ada. Saya tidak tahu kenapa hal itu terjadi dan saya tidak mau menduga-duga mengapa ketidaktepatan itu terjadi.

Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan atau acara sastra, tentu saja panitia membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah. Begitu juga dengan acara Temu Penyair Lima Kota (TPLK), 27-29 April 2008, di Kota Payakumbuh atau Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali (TPMJBB) yang saya dan teman-teman penyair muda Bandung laksanakan tahun 2005 lalu. TPMJBB mendapat dukungan dari Pemda. Terbukti bahwa kemudian penyair-penyair yang ikut serta menginap (tentu saja gratis) di Gelanggang Generasi Muda (GGM) Bandung –bukan di toko atau rumah orang seperti yang ditulis dalam artikel itu– yang merupakan milik Pemda Bandung. Perlu saya luruskan, memang ada penyair muda Bali yang menginap di rumah kontrakan saya pada waktu itu, tapi hal ini disebabkan mereka datang lebih awal dan mereka menambah waktu kunjungannya setelah acara tersebut. Akan tetapi, selama kegiatan, mereka justru menginap di GGM Bandung. Namun perbedaan dukungan antara TPLK dengan TPMJBB terletak pada “kepemilikan” acara. Seperti tercantum dalam proposal, jelas bahwa TPMJBB diselenggarakan oleh jaringan komunitas dengan dukungan dari berbagai pihak. Sementara itu TPLK, sesuai dengan proposal yang saya baca, acara ini dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Kota Payakumbuh. Inilah ketidakakuratan pertama.

Pernyataan Sikap Penyair Muda Bandung

Menyoalkan ketidakhadiran dan pernyataan sikap penyair muda Bandung pada acara TPLK, tentu kita tidak bisa lepas dari rentetan-rentetan kejadian yang melatarinya.

Temu Penyair Muda ini pertama kali digagas oleh beberapa orang penyair muda dari Bandung dan Denpasar. Setelah melakukan beberapa pembicaraan, baik lewat telepon, surat elektronik, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan tatap muka di Bandung pada awal tahun 2005, maka disepakati untuk mengadakan sebuah acara. Berangkat dari titik pijak sama atas keprihatinan bahwa penyair-penyair muda selama ini seringkali sangat sulit untuk eksis, baik itu di media maupun dalam kegiatan-kegiatan sastra lainnya, maka timbul kesepakatan untuk membuat sebuah “gerakan” untuk memperjuangkan eksistensi penyair-penyair muda. Untuk kali pertama disepakati untuk melaksanakan acara Temu Penyair Jawa Barat – Bali di Bandung sebagai tonggak awal. Pertimbangan kenapa hanya Jawa Barat dan Bali pada waktu itu karena acara itu adalah pijakan pertama. Nantinya kegiatan ini akan terus bergulir dan berkembang dengan mengajak rekan-rekan penyair muda dari daerah lain untuk bergabung dan hal itu mulai terwujud ketika pada tahun 2007 diadakan Temu Penyair Muda 4 Kota (TPMEK) di Jogjakarta yang merupakan kelanjutan TPMJBB.

Jadi, ketika kali pertama dicetuskan bukanlah semata sebagai acara kumpul-kumpul, diskusi, lalu baca puisi. Juga bukan dilandasi oleh semata ada gap antara penyair muda dengan penyair tua seperti yang ditulis SMM. Toh, saya dan penyair-penyair tua di Bandung juga sering duduk bersama, berdiskusi banyak hal. Ini adalah sebuah gerakan dari, oleh, dan untuk penyair muda untuk eksis dan maju bersama.

Kembali pada acara TPLK, saya sepakat dengan SMM bahwa ketika sebuah acara diniatkan sebagai penerus acara sebelumnya, tentu harus taat pada kesepakatan yang telah dibuat. Dalam rapat setelah acara Temu Penyair Muda 4 Kota di Jogjakarta, tahun 2007 lalu, disepakati (bukan ditunjuk) bahwa teman-teman (komunitas-komunitas sastra) di Padang menjadi tuan rumah selanjutnya. Tentu saja dengan konsep yang sama. Sedangkan masalah peserta, disepakati juga pada waktu itu bahwa, akan diperluas sesuai dengan kesanggupan teman-teman di Padang. Juga pada kesempatan itu disepakati bahwa tenggat waktu pelaksanaanya paling lambat bulan Agustus 2008. Untuk mempermudah komunikasi, maka dibuatlah mailing list “danaupuisi”.

Dalam perjalanannya kemudian, tiba-tiba saya mendapat kabar bahwa acara itu akan diadakan di Payakumbuh dan Komunitas Intro yang menjadi pelaksananya. Pada awalnya saya dan teman-teman penyair muda Bandung dapat menerima kondisi ini. Namun ketika proposal acara sampai ke tangan saya –saya diminta jadi koordinator penyair muda Bandung- sungguh sangat mengejutkan bahwa ternyata acara itu dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Kota Payakumbuh (DKKP) bekerjasama dengan Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Payakumbuh dan Dewan Kesenian Sumatera Barat. Di sinilah titik pangkal silang pendapat pendapat antara penyair muda Bandung dengan panitia.

Silang pendapat ini sebenarnya telah coba diurai dan dicari titik temunya. Namun tetap saja dua belah pihak kukuh pada pendiriannya. Akhirnya penyair muda Bandung bersepakat untuk tidak berpartisipasi dan menolak klaim panitia yang menyatakan bahwa TPLK adalah kelanjutan dari dua acara sebelumnya.

Puncaknya adalah ketika pernyataan Iyut Fitra sebagai ketua pelaksana TPLK yang dimuat di salah satu media nasional, Kompas, yang tetap mengklaim bahwa TPLK merupakan kelanjutan dari dua acara temu penyair muda sebelumnya. Sehari setelah pernyataan itu ditayangkan, 13 orang penyair muda Bandung yang menggagas dan ikut terlibat dalam dua acara sebelumnya membuat surat pernyataan yang memuat poin utamanya adalah menolak klaim bahwa TPLK bukanlah kelanjutan dari TPMJBB dan TPMEK.

Surat pernyataan itu disusun dan ditandatangani oleh 13 penyair muda tersebut dengan penuh kesadaran untuk menunjukan sikap konsisten pada gagasan awal acara temu penyair muda, tentu dengan telah mempertimbangkan segala konsekuensinya.

Penutup

Sengaja saya mengawali tulisan saya ini dengan kutipan “Yang ironis, justru yang paling keras menolak acara Temu Penyair Lima Kota ini adalah penyair dari Bandung berdarah Minangkabau”. Walau tidak disebut secara eksplisit nama penyair dari Bandung yang berdarah Minangkabau itu, saya dan kita semua dapat menduga “hidung Malin Kundang” mana yang ditunjuk oleh SMM. Saya hanya ingin meluruskan bahwa 13 orang penyair muda Bandung yang menandatangani Surat Pernyataan itu sama-sama menolak keras klaim TPLK adalah kelanjutan dua acara sebelumnya.

Kemudian saya hanya dapat tersenyum sambil balik bertanya dalam hati, lebih ironis mana ya, kalau seorang individu (penyair) kehilangan kekritisannya hanya karena persoalan primordial atau kesukuan?(©sangdenai)

Saturday, May 03, 2008

Agenda Ultimus

Acara Safari Launching dan Bedah Buku
MENYUSURI LORONG-LORONG DUNIA Jilid-2

Menyusul sukses buku Menyusuri Lorong-Lorong Dunia (MLLD) yang terbit pada bulan November 2005, Sigit Susanto sang penulis terdorong untuk melanjutkan menulis tema serupa dengan judul yang sama. Mengingat judulnya sama, maka untuk membedakannya, ditandai dengan jilid 1 dan 2.

Bagi pembaca yang sudah membaca MLLD-1 akan menemukan bahwa buku sastra perjalanan edisi kedua ini lebih komplit dan detail --walaupun jumlah negara yang dibahas di MLLD-2 ini lebih sedikit (7 negara) dibanding dengan MLLD-1 (10 negara)—sehingga jumlah halamannya pun menggelembung. Hal ini dikarenakan penulisnya “ingin memboyong seluruh lorong kota atau negara yang sedang dikunjunginya untuk dibawa pulang ke negeri sendiri”.

Untuk peluncuran buku MLLD-2, INSISTPress bersama dengan even organizer di kota setempat akan mengadakan safari diskusi peluncuran buku yang akan diadakan di 6 kota antara tanggal 12 Mei 2008 hingga 19 Juni 2008 yang akan menghadirikan sang penulis, Sigit Susanto, yang datang jauh-jauh dari Swiss ke Indonesia khusus untuk mempromosikan bukunya. Tidak sendiri, Sigit Susanto akan didampingi oleh beberapa pembicara pendamping yang menarik dan expert yang tentunya akan menyajikan berbagai macam sudut pandang yang menarik untuk didiskusikan.

Adapun jadwal safari peluncuran buku Menyusuri Lorong-Lorong Dunia 2 :
1. Semarang
Hari / Tanggal : Senin, 12 Mei 2008
Waktu : Pk. 19.00 WIB
Tempat : Rumah Seni Yaitu
Kp. Jambe 280, Semarang50124 Jawa Tengah - INDONESIA
Pembicara : 1. Sigit Susanto
2. Donny Danardono (pengajar PMLP Unika Sugijapranata)
Moderator : Poengki Pamungkas
No. Kontak : Tubagus Email: yaitu_art@yahoo.com. No HP: 081-228 033 40

2. Yogyakarta
Hari / Tanggal : Jumat, 15 Mei 2008
Waktu : Pk. 16.00 WIB
Tempat : Toko Buku Togamas Yogyakarta
Jl. Affandi No. 5, Yogyakarta
Pembicara : 1. Sigit Susanto
2. Shiho Sawai (Peneliti Komunitas Sastra)
3. Katrin Bandell (Kritikus Sastra)
Moderator : Faiz Ahsoul
No. Kontak : Markaban Anwar Email: m2anwar@yahoo.co.id, Hp:081-328 065 224

3. Malang
Hari / Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2008
Waktu : Pk. 14.00-16.00 WIB
Tempat : Perpustakaan Kota Malang
Pembicara : 1. Sigit Susanto
2. Antoni (Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Brawijaya)
3. Ahmad Santoso (Penerjemah dan Editor Buku)
No. Kontak : Wawan Eko Yulianto green_stranger@yahoo.com. Hp:081-334 365 925

4. Denpasar
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2008
Waktu : Pk. 19.30 WITA
Tempat : TB Togamas Denpasar
Jl. Hayam Wuruk 175, Denpasar
Pembicara : 1. Sigit Susanto
2. Warih Wisatsana (Sastrawan)
Moderator : Wayan Sunarta
No. Kontak : Jengki Email: myjengki@yahoo.com Hp:081-338 084 585

5. Bandung
Hari / Tanggal : Sabtu, 31 Mei 2008
Waktu : Pk. 19.30 WIB
Tempat : Toko Buku ULTIMUS Jl. Lengkong Besar 127, Bandung
Pembicara : 1. Sigit Susanto
2. Anwar Holid (Kritikus)
Moderator : Widzar Alghifary
No. Kontak : Bilven ultimus_bandung@yahoo.com Hp: 081-224 56 452

6. Singaraja
Hari / Tanggal : Kamis, 19 Juni 2008
Waktu : Pk. 19.00 WIB
Tempat : Puri Agung Singaraja (Puri Gede Buleleng)
Jalan Mayor Metra No. 12, Singaraja 81119 - Bali Utara
Pembicara : 1. Sigit Susanto
2. Sunaryono Basuki KS
Moderator : Kadek Sonia Piscayanti
Kontak Person : Agung Brawida Email: (agungbrawida@hotmail.fr ) Hp: 08123921658

Informasi lengkap hubungi:
INSISTPress
Jl. Ganesha II No. 9
Timoho – Yogyakarta 55165
Telp. / Fax. +62274 – 556433
Email: anwar@insist.or.id, m2anwar@yahoo.co.id

Sunday, April 27, 2008

Surat Pernyataan Sikap


Kami adalah para Penyair Muda Bandung yang memegang teguh semangat muda dan konsisten dengan apa yang kami percayai sebagai proses kepenyairan di Indonesia tidak akan goyah oleh segala bentuk intimidasi yang bisa meruntuhkan tiang-tiang perjuangan menuju dunia kepenyairan yang berpihak kepada anak muda..

Sehubungan diadakannya acara Temu Penyair Lima Kota di Payakumbuh, Sumatera Barat, bahwa kegiatan ini diklaim oleh Panitia sebagai kelanjutan dari acara Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005 dan Forum Penyair Muda Empat Kota 2007, maka kami, Penggagas/Konseptor ”Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005”, Forum Penyair Muda Bandung peserta “Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005”, dan Forum Penyair Muda Bandung peserta “Forum Penyair Muda Empat Kota 2007” menyatakan sikap :

1. Kami menghargai inisiatif Dewan Kesenian Kota Payakumbuh (DKKP) untuk menyelenggarakan Temu Penyair Lima Kota (Bandung, Yogyakarta, Sumatera Barat, Lampung, dan Bali).

2. Setelah mempelajari proposal acara Temu Penyair Lima Kota, maka kami menyatakan bahwa terdapat perbedaan konsep yang sangat mendasar antara acara ini dengan acara Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005 dan Forum Penyair Muda Empat Kota 2007. Oleh karena itu, kami menolak klaim Panitia Temu Penyair Lima Kota dan menyatakan bahwa acara Temu Penyair Lima Kota adalah BUKAN kelanjutan dari acara Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005 dan Forum Penyair Muda Empat Kota 2007.

3. Kami menyatakan tidak ada keterkaitan antara acara Temu Penyair Lima Kota dengan acara Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005 dan Forum Penyair Muda Empat Kota 2007.

4. Konsekuensi dari sikap kami ini adalah kami tidak akan mengirim perwakilan/penyair untuk mengikuti acara Temu Penyair Lima Kota


Demikianlah Pernyataan Sikap ini kami buat sebagai pendirian kami terhadap kelangsungan acara Temu Penyair Muda yang kami gagas tahun 2005 lalu.
Terima kasih.


Bandung, 27 April 2008
a.n.
Penggagas/Konseptor ”Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005”,
Forum Penyair Muda Bandung peserta “Temu Penyair Muda Jawa Barat-Bali 2005” dan Forum Penyair Muda Bandung peserta “Forum Penyair Muda Empat Kota 2007”

Berikut ini Penyair Muda Bandung yang menyetujui Surat Pernyataan ini :

1. Widzar Al-Ghifary
2. Afnaldi Syaiful
3. Yopi Setia Umbara
4. Dian Hartati
5. Fina Sato
6. Rudy Ramdani
7. Dian Hardiana
8. Jafar Fakhrurozi
9. Rizki Sharaf
10. Evi SR
11. Heri Maja Kelana
12. Semmy Ikra Anggara
13. Mira Lismawati

Minggu, 27 April 2008 | 11:19 WIB
Penyair Lima Kota Berkumpul di Payakumbuh
Laporan Wartawan Kompas Agnes Rita Sulistyawaty
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/27/11192046/penyair.lima.kota.berkumpul.di.payakumbuh

BUKITTINGGI, MINGGU - Puluhan penyair dari lima kota berkumpul di Payakumbuh untuk mengikuti Temu Penyair Lima Kota, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Sumatera Barat, Dewan Kesenian Payakumbuh, dan Dinas Kesenian Payakumbuh, 27-29 April 2008.

Ketua Temu Penyair Lima Kota Iyut Fitra, Minggu (27/4), mengatakan acara ini merupakan ketiga kalinya. Selain penyair dari Sumatera Barat, penyair dari Bali, Yogyakarta, Bandung, dan Lampung menjadi peserta. "Kali ini, kami mengangkat tema peran media di mata penyair karena media massa masih berperan penting untuk penyebaran karya sastra," kata Iyut.

Hari Minggu ini, para penyair mengunjungi tanah kelahiran penyair Chairil Anwar, di Nagari Taeh, Kabupaten Limapuluh Kota. Senin (28/4) dan Selasa (29/4) akan diadakan diskusi sastra. Selain para penyair peserta, puluhan penyair dari berbagai kota juga hadir sebagai peninjau.

ART

-----------------------------

Berita tersebut saya baca di Kompas hari ini. Saya sebagai orang yang terlibat di dua acara sebelumnya merasa ada yang salah dengan berita itu. Ketua pelaksana tidak tegas menyatakan bahwa Penyair Muda Bandung menolak klaim bahwa acara di Payakumbuh adalah kelanjutan dari dua acara sebelumnya yang dilaksanakan di Bandung dan Yogyakarta.

Awalnya kami merasa cukup dengan mengirim email pribadi dan surat pernyataan resmi ketidakbersediaan koordinator untuk wilayah Bandung. Saya pikir, surat itu cukup merepresentasikan sikap kawan-kawan Bandung. Apalagi setelah ketua pelaksana mengirim undangan untuk yang kedua kalinya lewat Ahda Imran, yang ditunjuk untuk menggantikan saya sebagai koordinator, dan lagi-lagi, sikap kawan-kawan Penyair Muda Bandung masih sama, menolak klaim karena beberapa alasan yang sangat prinsipil.

Dari dua koordinator yang diminta ketua pelaksana hanya ada satu jawaban yang sama. Tapi jawaban itu sepertinya tidak berpengaruh apa-apa pada klaim panitia. Sungguh, saya merasa, panitia tidak memperhatikan sikap yang telah ditunjukkan oleh kawan-kawan Penyair Muda Bandung.

Berita yang saya kutip di atas menyatakan seolah-olah ada penyair dari Bandung yang datang ke Payakumbuh, dan terlibat aktif mengikuti acara tersebut. Akan tetapi sayang sekali tidak satu pun nama penyair yang disebutkan dalam berita itu. Setahu saya tidak ada Penyair Muda Bandung yang datang dan ikut terlibat aktif dalam acara tersebut. Oleh karena itu panitia harus mengklarifikasi pernyataan dalam berita tersebut.

Akhirnya, saya kutipkan juga surat pernyataan dari kawan-kawan Penyair Muda Bandung. Saya hanya ingin meluruskan berita yang terlanjur menyebar itu.

Thursday, April 17, 2008

Agenda Ultimus

TTM (Teater Tarian Mahesa) Bandung akan mementaskan monolog SRINTIL (adaptasi Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari) Karya-Sutradara Gusjur Mahesa dengan Aktris Opey Sophia.

Bertempat di Toko Buku Ultimus, Jln. Lengkong Besar No. 127 Bandung,
waktu pementasan pada hari Senin, 21 April 2008, mulai pukul 19.30 WIB.

Pementasan monolog SRINTIL didukung oleh :
Armandjamparing sebagai Penata Artistik
Koor oleh Dian Hardiana, Ersal S Rahman, Yussak Anugrah, Ayi Citah, dan Aninnata Rengganis.

Gratis.

Untuk informasi hubungi nomor 081321741476 (Yopi Setia Umbara)

Sunday, April 13, 2008

Selamat Jalan Bu Zelmiarni (Bu Nini)

adalah mahamisteri
ketika langkahlangkah hidup
menemukan titik nadirnya
pada sebuah pelataran harap

jeritanjeritan kesakitan
berujung pada sebuah senandung lirih
bernama keabadian pada muasal
dari segala muasal

maka
kembalilah kepada muasal
dari segala muasal
dengan langkah pasti
dan biarlah jejakjejak kenangan itu
menjadi prasasti di sini
di sini
di hati kami

selamat jalan, bu!

Bandung, 13 April 2008

Monday, April 07, 2008

Selamat Jalan Ronald Rivia

mengemasi langkahlangkah kita
di antara riuhreda terik sinar matahari dan
lembutnya cahaya bulan yang dihiasi gemintang
untuk menelusuri labirinlabirin hidup
dalam ketidakpastian yang sebenarnya telah pasti

mungkin suatu saat langkah kita begitu ringan
berayun santai di antara kerikilkerikil kecil
menjejak pasti di sela rerumputan
untuk menggapai segenap impian

adakalanya langkah kita tertatih
tertahan oleh bebatuan di antara jeramjeram
tergores ilalang yang setinggi pinggang
namun inilah tantangan.

kini, kawan,
langkahmu kembali tertuju ke muasal
dari segala muasal
semoga semua menjadi ringan

selamat jalan

7 April 2008

Friday, April 04, 2008

Undangan Dialog Terbuka Untuk Sdr. Roy Suryo
Dikirim oleh Riyogarta dalam Spesial
Sumber : www.riyogarta.com


“Dengan sangat senang, yang disebut ‘Dialog Terbuka’ adalah diskusi secara nyata dan bertanggung jawab,” kata Roy Suryo dalam pesan singkatnya kepada okezone, Selasa (1/4/2008).

Roy memastikan siap hadir dalam acara itu secara profesional seperti layaknya acara seminar. “Tolong mereka menyiapkan tempat umum yang ilmiah seperti kampus, diliput media, dan hadir secara nyata. Saya tidak melayani diskusi maya,” tegas dosen UGM Yogyakarta itu.

sumber: Okezone

Untuk menanggapi kutipan berita diatas, saya dengan ini mengundang secara resmi Sdr. Roy Suryo untuk hadir dalam acara Dialog Terbuka yang akan membahas tema isu seputar blogger terkait dengan statemen-statemennya yang telah dikeluarkannya di media massa.

Acara akan diselenggarakan pada:

Hari / Tanggal : Jumat, 11 April 2008
Tempat : Universitas Budi Luhur Pusat Jakarta
Waktu : 13.00 WIB - selesai
Acara : Dialog terbuka antara Riyogarta & Roy Suryo dengan tema seperti yang telah diutarakan diatas.

Fasilitas:
* Ruangan ber-AC dengan kapasitas 250 orang
* LCD Proyektor
* Sound System
* Snack bagi pembicara dan peserta
* Liputan media

Pendaftaran dilakukan di Universitas Budi Luhur Pusat Jakarta 2 jam sebelum acara dimulai. Pendaftaran tidak dipungut biaya.

Bagi pembicara dan moderator disediakan transportasi didalam kota dari dan keUniversitas Budi Luhur Pusat Jakarta.

Terimakasih kepada Universitas Budi Luhur Pusat Jakarta yang telah menyediakan waktu dan tempat beserta fasilitas untuk terselengaranya acara ini.

Salam,

Riyogarta

Sumber berita dan info lebih lengkap dan up to date ada di :
Website: www.riyogarta.com
Email : me@riyogarta.com
Telp : 0855-100-7204

Sunday, March 30, 2008

Hujan Es

Matahari yang tadinya terik, tiba-tiba meredup. Pagi yang tadinya cerah, tiba-tiba siangnya menjadi agak gelap. Awan yang tadinya lembut dan seputih kapas, tiba-tiba menjadi kelihatan sangat berat dan kelabu. Sekilatan cahaya putih perak menyayat awan yang berarak. Angin berkesiuran, menerbangkan sampah-sampah, dedaunan, debu, dan pasir-pasir. Bahkan beberapa kain-kain yang terjemur ikut dilanda dan dipagut oleh angin yang bertiup kencang itu. Sebuah suara menggelegar mengoyak langit yang semakin kelam.

Gelegar itu kemudian diikuti suara gemuruh dan deru air yang mendera genteng, mendera tanah, mendera semuanya. Tunggu, ternyata bukan hanya air. Ada benda padat, putih, dan keras menimpa pipiku. Dingin tiba-tiba menyengat kulitku.

Aku amati benda putih sebesar dua kali ibu jari tanganku itu. Es? Ya, es. Tepatnya butiran-butiran es sebesar dua kali ibu jari tanganku. Butiran itu menerpa pipiku dengan telak. Kemudian diikuti oleh butiran-butiran lain. Semakin menderas. Seolah peluru yang dimuntahkan dari awan, butiran-butiran itu menghujam ke bumi. Menimpa apa saja untuk kemudian mulai mencair.

Kembali sebuah guratan cahaya perak meretakkan gemawan. Kemudian diikuti oleh suara berdentum yang sangat keras. Angin semakin kencang. Beberapa dahan dan ranting seperti dipaksa meninggalkan batang. Luruh ke bumi bersama dedaunan. Kemudian terseret oleh deras air yang telah bercampur tanah dan terlihat kecoklatan.

Setengah jam berlalu. Butiran-butiran es mulai berkurang dan akhirnya menghilang. Kini tinggal tetesan air lembut yang masih turun. Namun waktu lebih kurang setengah jam itu sudah cukup bagi hujan es untuk memporakporandakan semuanya, memporakporandakan dedaunan, rerantingan, dedahanan, dan pepohonan. Juga Memporakporandakan genting kamarku.

Ya, setengah jam. Cukup setengah jam akan memporakporandakan semuanya, seperti kau. Kau yang sengaja atau tidak telah memporakporandakan semua mimpiku.

Saturday, March 29, 2008

Dua Buku Dari Makasar

19.00 Wib,
31 Maret 2008,
Toko Buku Ultimus, Jln. Lengkong Besar No. 127 Bandung
Sumber : H.U. Pikiran Rakyat

DUA penulis dari Makassar akan hadir di Toko Buku Ultimus, Jalan Lengkong Besar No. 127 Bandung pada 31 Maret 2008 pukul 19.30 WIB s.d. selesai. Kedua penulis, masing-masing Aan Mansyur (kumpulan puisinya Aku Hendak Pindah Rumah) dan Lily Yulianti (kumpulan cerpennya Makkunrai). Kedua buku dari Makassar ini akan diluncurkan bersamaan dengan menghadirkan pembicara Anjar “Beraja”, Lukman A. Sya, dan moderator Yopi Setia Umbara.

Acara diisi pembacaan puisi dan cerpen dari kedua buku yang dilakukan oleh, di antaranya, Lukman A Sya, Yopi Setia Umbara, Anjar, Sangdenai, Dian Hardiana, Heri Maja Kelana, Dian Hartati, Semi Ikra Anggara, Iwan M. Ridwan, dan Evi SR. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum.

Thursday, March 27, 2008

Lintas Dago - Merdeka

Tidak ada yang terlalu istimewa hari ini ketika aku kembali menapaki jejak sepanjang lintasan Dago - Merdeka. Seperti hari-hari sebelumnya, terik matahari yang tidak mampu lagi ditepis oleh pepohonan yang semakin jarang, debu dan asap dari knalpot kendaraan yang terhadang kemacetan, trotoar jalan yang semakin sempit karena dipakai sebagai lahan parkir, dan deru mesin-mesin berjalan yang memekakkan telinga, tetap menjadi santapanku ketika melintasi lintasan ini.

Perbedaannya hanya satu, hari ini aku justru tidak melihat mobil-mobil berwarna hijau dengan strip merah itu. Ya, tidak ada angkot hari ini. Tidak ada. Jalanan hari ini boleh di bilang eksklusif untuk kendaraan dengan plat nomor hitam. Angkot yang selama ini dituding sebagai biang kemacetan untuk hari ini istirah dulu karena mereka, pengusaha dan sopir angkot, mengadakan aksi mogok masal se-Bnadung raya.

Secara pribadi aku tidak peduli apakah angkot jalan atau mogok. Toh, seperti biasa aku lebih suka jalan kaki ketika menelusuri jalanan kota ini. Namun kemudian yang jadi perhatianku adalah tudingan selama ini yang ditujukan kepada angkot sebagai biang kemacetan kota. Hari ini, ketika angkot tidak beroperasi, jalanan tetap macet. Lintas Dago - Merdeka tetap padat merayap. Lihat saja hasil pandangan mata kamera sakuku ini.

Satu pertanyaanku kemudian, benarkah klaim selama ini yang mengatakan bahwa angkot adalah biang kemacetan? Menurutku tidak 100% benar. Bagaimana menurut Anda?

Thursday, March 20, 2008

melepasmu ke timur

melepasmu ke timur
seperti awal keberangkatanku 153 purnama lalu
pepohon tunduk dalam kesunyiannya
angin tiada berhembus
air tiada ricik
reranting tiada gemerisik

takzim dalam segumpal rasa
: kehilangan