Monday, September 01, 2008

Puisi dari Esha Tegar Putra

Yang Menghitung Kelokan Jalan

—sangdenai

kelokan jalan bukittinggi masih begitu, lembah berpunggung dingin, batang air menanak batu,
dan kabut masih saja menyembunyikan rindunya para bujang-gadis untuk menyebut
kata berpadu. tapi takkan kau dengar derak pedati menuruni landai jalan, takkan
kau dengar celotehan perempuan berkain-basahan di tepian mandi, takkan kau
dengar kekanak berlarian girang di surau saat magrib beranjak isya. dan takkan
kau ingat bahwasanya di tiap kelok jalan ke bukittinggi, si sayang telah
ditinggalkan pergantian tahun

Harau, 2008

.

No comments: